Cara Merawat Kenari


Burung ini dapat belajar dengan cepat untuk mengetahui siapa yang mengisi makanannya, siapa yang membersihkan minumannya dan siapa yang memberikan sayuran kepadanya. Begitu besarnya rasa mudah percaya, sehingga burung kenari ini dapat dilatih untuk bertengger di jari kita atau di telapak tangan kita. Sudah tentu ini harus dengan latihan, yang dapat diatur dengan memakai makanan sebagaimana umumnya para pelatih binatang sirkus melatih binatangnya.


Menangani burung-burung ini memang memerlukan ketenangan, dengan gerakan-gerakan lembut yang selalu terkendali. Dengan cara inilah ada pihak yang berpendapat bahwa memeliliara burung kenari dapat menjadi obat pengendali syaraf bagi para penggemarnya. Sudah tentu ini berlaku bagi penggemar burung kenari yang menangani sendirii pemberian makanannya dan merawatnya. Bukan model penggemar burung yang menyerahkan pemberian makanan dan pemeliharaannya kepada orang lain, misalnya pembantu rumah tangga.

Dengan menyerahkan segala sesuatunya kepada orang lain, tentu itu tidak
mempunyai hubungan dengan binatang piaraannya itu.Rasa gugup atau tingkah gugup, rasa jengkel atau gerak tak terkendali, yang muncul dengan tiba-tiba pada diri manusia tidaklah disukai oleh binatang. Rahasia berhasilnya seorang pemelihara yang baik di dalam memelihara binatang Di samping perlakuan yang lembut terludap burung ini, burung kenari memerukan perawatan lain. Di sini, suatu perawatan terhadap paruh dan kuku-kuku jari penlu dilakukan. Burung kenani akan mendapat kesempatan mengasah paruhnya kalau padanya disediakan tulang ikan-sotong yang dapat dibeli di pasar burung. Dan ada makanan burung kenari dan luar negeri yang sengaja dipadatkan, sehingga burung harus mencukil dengan paruhnya. Dalam taraf tertentu makanan mi membantu mengasah paruhnya. Selain paruh, kuku binatang ini terkadang eukup panjang sehingga sudah sepantasnyalah kalau dipotong. Kalau kita memiliki burung kenari dan luar negeri yang memakai cincin, kita akan tahu umur dan burung itu. Dan burung yang baru berumur satu tahun kita akan tahu berapa panjang kuku normal. Panjang kuku normal kenari 5 mm.

Burung dewasa yang sudah tergolong berumur akan memiliki sisik kaki yang kaku dan tenlihat kurang menarik. Hal ini adalah biasa. Burung kenari bukan hanya ‘berganti bulu, tetapi kulitnya juga diganti, sehingga sisik kaki yang kaku lagi buruk itu akan digantinya. Burung yang mendapat banyak kesempatan mandi umumnya lebih cepat mengganti bagian sisik-sisiknya yang kaku di kaki dan di jar Sisik yang baru sebenarnya telah tersedia di lapisan bawahnya. Kalau Iapisan sisik yang tua terlalu keras dan tenlalu kuat, itu biasanya akan menempel pada sisik yang muda itu. Dalam
keadaan ini langkah yang dapat diambil adalah merendam kaki itu pada air hangat atau minyak hangat. Bila memakai minyak hendaknya sangat hati-hati agar jangan mengenai bulu, Cara ini akan melembekkan sisik yang keras sehingga mudah lepas. Segala macam krem kecantikan atau krem kulit dapat dipakai untuk meminyaki sisik kaku. Caranya dengan mengoles-oleskan krem itu ke kaki/jari burung. Agar bersih dan sisiknya akan dengan sendirinya akan rontok.

Sumber:
http://kenariku.tripod.com
 

Burung Perkutut

Perkutut dalam bahasa latinnya disebut Geopelia Striata dan masih berkerabat dekat dengan perkutut besar (geopelia humeralis) dan perkutut tutul (geopelia cuneata, yang sering disebut perkutut afrika) yang banyak hidup di Australia.
Perkutut termasuk bangsa merpati-merpatian (Columbidae) yang terdiri dari 10 kelompok antara lain : Punai, Katik, Pergam, Ucal, Junai, Mabruk, Delimukan, merpati (dara), Tekukur dan Perkutut.
Bangsa merpati-merpatian mempunyai ciri-ciri umum seperti:
  • Hidup berpasangan dan bertelur dua.
  • Mempunyai tembolok (pemakan biji-bijian).
  • Mempunyai alat yang dapat menutup hidung, sehingga tidak perlu mengangkat kepalanya pada saat minum.
  • Burung jantan bertubuh dan bersuara lebih besar serta menyanyi / berbunyi (bukan berkicau) untuk memikat betina.
  • Suara nyanyian yang dihasilkan berasal dari selaput suara (syrinx) yang terletak pada bagian belakang tenggorokan yang berhubungan dengan paru-paru, yang tampak mengembung pada saat berbunyi.

Perkutut di Alam Bebas
Di alam bebas, perkutut umumnya hidup secara berkelompok dengan lingkungan yang mempunyai rerumputan, daerah bukit berbatu dan ditempat dataran rendah maupun tinggi yang banyak ditumbuhi rerumputan. Hal ini disebabkan karena makanan perkutut berupa biji-bijian yang berasal dari rerumputan seperti millet, jewawut, gabah kecil, dan lain-lain.
Sebagai contoh, perkutut mudah sekali ditemukan di daerah desa Pecatu di bukit Jimbaran daerah kampus Universitas Udayana, Bali yang berupa bukit berbatuan dengan banyak ditumbuhi tumbuhan jenis rerumputan. Perkutut di daerah ini terkenal akan kristal suaranya yang bagus dan jernih (kering), hal ini mungkin disebabkan air yang diminumnya banyak mengandung kapur karena daerah ini merupakan bukit kapur.
Jenis -Jenis Perkutut
Pada masa sekarang ini, perkutut belang (Geopelia Striata) secara populer hanya dibedakan atas 2 (dua) jenis yaitu perkutut lokal dan perkutut bangkok. Padahal sebenarnya perkutut terbagi atas 7 (tujuh) sub-jenis yang dibedakan atas daerah asal dan mempunyai variasi letak warna bulu yang berbeda dengan ukuran tubuh yang relatif sama. yaitu :
1. Geopelia Striata (G.S) Striata, yaitu perkutut belang asli yaitu perkutut lokal dan bangkok yang umum dipelihara. Berasal dari Jawa, Bali, Lombok dan Sumatera.
2. G.S. Maungeus, yaitu perkutut belang yang sering disebut perkutut Sumba dan berasal dari Sumba, Sumbawa dan Pulau Timor.
3. G.S. Audacis, perkutut belang yang berasal dari kepulauan Kei dan Tanimbar.
4. G.S. Papua, yaitu perkutut belang yang berasal dari Papua (Irian Jaya dan Papua Nugini)
5. G.S. Placida, yaitu perkutut belang yang berasal dari Papua dan Australia Utara.
6. G.S. Tranquila, yaitu perkutut belang yang terdapat di Australia Tengah.
7. G. S. Clelaudi, yaitu perkutut belang yang terdapat di Australia Barat.

Semua jenis perkutut belang di atas umumnya disebut sebagai perkutut lokal, sedangkan yang dimaksud perkutut Bangkok (Thailand) adalah perkutut belang (G.S. Striata) yang juga berasal dari Indonesia tepatnya di Pulau Jawa. Dan sudah mulai diternakkan di Thailand sejak  50 tahun yang lalu. Secara fisik perkutut lokal dan bangkok hampir sama. Secara fisik hanya dapat dibedakan oleh orang yang sudah biasa melihatnya, yaitu dengan melihat matanya di mana mata perkutut lokal mempunyai lingkaran mata warna putih lebih besar daripada mata perkutut bangkok.
Cara yang paling mudah adalah dengan mendengarkan suaranya. Perkutut lokal mempunyai suara yang ringan dan datar serta tempo iramanya cepat, sedangkan suara perkutut bangkok lebih besar (nge-bass).
Perkutut lokal terutama yang merupakan tangkapan dari alam, makin hari makin berkurang peminatnya selain oleh karena mutu suaranya yang kurang baik juga disebabkan bakalan (anak/remaja) perkutut lokal untuk menjadi rajin manggung memerlukan waktu antara 2 hingga 4 tahun, sedangkan perkutut bangkok usia 7 bulan sudah bocor jika perawatan, makanan dan keturunannya cukup baik.
Perkutut Jantan dan Betina
Kelamin perkutut dapat dibedakan dengan cara meraba supit (tulang bagian perut bawah dekat dubur). Kalau supitnya dekat sekali, keras dan hampir rapat umumnya berkelamin jantan, sedangkan kalau renggang dan lunak umumnya berkelamin betina.
Perkembangbiakan
Perkutut berkembangbiak dengan bertelur sebanyak 2 (dua) butir setiap kalinya dengan jarak antara telur yang pertama dengan yang kedua selama satu hari. Perkutut di alam bebas bertelur sebanyak 2 hingga 3 kali dalam setahun. Sedangkan Perkutut yang telah diternakkan dapat bertelur hingga 6 kali dalam setahun, dan jika mengunakan metode menitipkan telurnya untuk dieramkan dan dirawat burung lain seperti tekukur atau puter, maka sepasang perkutut dapat bertelur hingga 3 kali dalam sebulan yang berarti 36 kali bertelur dalam setahun.
Perkutut yang diternakkan dapat lebih banyak kali bertelur dibandingkan perkutut yang hidup di alam bebas disebabkan oleh karena perawatan dan makanan yang cukup dan bergizi. Tetapi hasil anakan dari perkutut yang terlalu banyak kali bertelur (dengan metode penitipan) akan menurun kwalitasnya. Itu sebabnya peternak yang baik akan membatasi jumlah perkututnya bertelur dalam setahun maksimal 6 kali dengan memberikan makanan yang bergizi lengkap supaya telur yang akan menetas nantinya akan menjadi perkutut yang berkwalitas baik.


Sumber:
http://perkututmall.tripod.com
 

Introduction to Birding in Guyana

A couple of years ago I was invited on a familiarization tour of Guyana. I was unable to go, but knew several of the people who DID go, including my wife Julie Zickefoose, and my British birding pal, and co-founder of The British Bird Fair, Tim Appleton. I'd heard plenty of stories about the birding, the climate, the vast expanses of rain forest, and the people of Guyana, so I eagerly agreed to be part of a trip in spring of 2010.

Guyana. Here in the United States the name Guyana does not generate immediate recognition. People ask where it is. "Is that in Africa or South America?" It's confused with its similarly named neighbors French Guiana and Suriname (formerly Dutch Guiana). If Americans do recognize the name Guyana, it's probably the country's association with Jim Jones and his cult of followers who committed mass suicide in 1978 by drinking poison-laced juice.


Guyana is located along the northern edge of South America. Map © Wikipedia.



Guyana would like to change all that. It is home to some of the largest expanses of virgin rain forest in the world and it is using this natural wealth to its advantage. Rather than timber and mine its way to prosperity, Guyana and its government are hoping to take a different path. By preserving the forest and other natural resources intact, Guyana hopes to generate revenue from ecotourism. On a larger scale, Guyana is hoping to become a sort of "bank" of lush, green, oxygen-producing rain forest, where the country would be being paid by already developed nations to help offset the effects of industrialization which contribute to global climate change.

I'll get more deeply into this aspect of the Guyana story as I go along. Over the next two months I hope to share some of my experiences from the Guyana trip. In the July/August 2010 issue of Bird Watcher's Digest a "Far Afield" article by Julie Zickefoose will recount her experiences in Guyana on a trip similar to mine. I hope to have some additional images, videos, and perhaps a podcast from Guyana to share...

For now, let me share the very start of my trip with you.

Our flight left JFK Airport in New York City just after midnight and flew south-southeast to the northern rim of South America. The dark and orange image above is dawn's early light over the Atlantic Ocean not too long before we landed.

Once on the ground, as we walked across the tarmac to the Cheddi Jagan International Airport outside of Georgetown, the heat was palpable—even at 7:30 am. Inside, while waiting for the luggage to arrive, I noticed signs that Guyana was already aware of its status as a bird-watching destination.

An advertisement aimed at birders in the Jagan Airport baggage claim area.

An advert for a cellular phone company featured the harpy eagle! And identified it properly! Bonus points!

Moments later we met our leaders: Michael McCrystal from Wilderness Explorers and Kirk Smock from Carana Corporation, two companies that work with the United States Agency for International Development (USAID) and the Guyana Tourism Authority (GTA) to coordinate Guyana's tourism promotion. They whisked us onto the mini-bus and off to our hotel for breakfast and a welcome briefing.

Michael grabbed my camera and snapped a photo of our first morning's breakfast. It was the best we'd look for the next two weeks.

Since it had been a mostly sleepless night on the airplane, the bright sunshine, heavy heat and humid air made things seem quite dreamlike. As I dragged my far-too-heavy bags up to my room, the urge to collapse onto the bed was hard to resist. Instead, I grabbed my binocs and scanned the ocean from my window: black and turkey vulture, magnificent frigatebird, great egret, some sort of large raptor on the sandflats (later ID'd as a rufous crab hawk), osprey, great kiskadee, tropical mockingbird... not too bad for a three-minute scan.

Breakfast and buckets of coffee helped me shake the trance a bit. Little did I know that the sleep deprivation would only get worse over the next 12 days as we got up early morning after morning to beat the heat and get out birding. I think I'm still catching up on sleep a week later...

After breakfast we got back on the mini-bus and headed out for a boat ride on the Mahaica River. This trip, done in the late afternoon heat, had plenty of birds, but most of them we flushed as we drove along with the motors roaring. So the looks were a bit fleeting and the photography frustrating. Still, this was our first taste of Guyana's birds (second if you count the eggs we'd had for brekky) and it whetted our appetites.

Next post: Mahaica River highlights and Chinese Food.
 

Burung Kacer

Kacer mempunyai nama ilmiah Copsychus saularis termasuk dalam phylum chordata, ordo passeriformes, family muscicapidae, genus copsychus. Habitat asli burung yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Magpie Robin/Oriental Magpie Robin/Straits Robin ini adalah daerah hutan terbuka, kebun dekat pemukiman penduduk. Burung ini lebih menyukai area terbuka di pinggiran hutan dibandingkan dengan di dalam hutan yang lebat. Meskipun menyukai daerah terbuka, namun belum pernah ada keterangan yang menyebutkan mereka juga hidup di daerah dekat laut/pantai.

Secara umum burung ini mempunyai ukuran panjang tubuh sampai 19 cm jika diukur dari ujung paruh sampai ujung ekor. Kacer jantan dewasa mempunyai warna bulu bagian kepala dan atas berwarna hitam mengkilat, sementara pada sebagian sayap mulai dari bahu sampai ujung sayap sebagian berwarna putih. Untuk jenis poci/sekoci pada bagian bawah dada sampai ke ujung ekor bagian bawah bewarna putih, sedangkan untuk yang jenis jawa timur berwarna hitam. Pada betina didominasi warna abu-abu cenderung kusam. Sedangkan pada burung jantan muda warna bulu pada bagian atas dan kepala masih terdapat warna coklat.

Berikut ini adalah gambar Kacer jantan dan betina :

Kacer Jantan


Kacer Betina


Kacer Dada Hitam Jantan


Kacer Dada Hitam Betina



Makanan utama burung ini adalah serangga, namun adakalanya mereka memangsa cacing dan kadang-kadang juga memakan buah-buahan, bahkan ada Kacer yang juga mengkonsumsi madu. Kacer yang dipelihara selain mengkonsumsi EF (Extra Fooding) seperti jangkrik, ulat, kroto (telur semut) dan belalang, juga mengkonsumsi pakan khusus burung buatan pabrik yang disebut voer / pur.

Kacer umunya mengalami musim kawin antara bulan Januari sampai Juni. Sang jantan akan memikat betinanya dengan nyanyian dan tariannya yang menawan. Mereka biasa membuat sarang dari rumput, daun serta dahan kering, juga dari akar-akaran dan lumut. Sarang mereka berbentuk seperti cawan. Mereka membuat sarangnya bisa dimana saja, seperti pada semak belukar, dahan pohon yang tidak terlalu tinggi, rongga / lubang pohon tua bahkan dekat dengan permukiman penduduk, seperti di atap – atap rumah. Sang betina akan bertelur sebanyak 3 – 5 butir. Pengeraman dilakukan oleh sang betina.

Kacer termasuk jenis burung yang cakupan penyebarannya cukup luas. Mereka bisa ditemukan di India/Bangladesh, Malaysia, Philipina bahkan sampai ke Pulau Jawa, terutama di Provinsi Jawa Timur. Secara umum masyarakat Indonesia mengenal dua jenis Kacer, yakni jenis Kacer berdada putih yang lebih dikenal dengan nama Kacer Sekoci/Poci dan Kacer dada hitam (seluruh bodi berwarna hitam, kecuali di bagian sayap ada sedikit warna putih) yang dikenal sebagai Kacer Jawa Timur. Secara umum kedua jenis Kacer tersebut mempunyai karakteristik suara yang hampir sama. Perbedaannya Kacer Jawa Timur volume suara lebih tebal namun Kacer dada putih mempunyai kelebihan dalam hal variasi nyanyian.


KACER SANG ENTERTAINER JEMPOLAN
Kacer adalah jenis burung yang merupakan entertainer jempolan. Penampilannya yang berwarna hitam legam dengan warna putih pada sayap dan dada sampai ekor serta mempunyai paruh yang tajam, kerap dianggap sebagai kembaran dari Murai Batu. Badannya yang relatif langsing memungkinkannya bergerak lincah sambil bersiul dan memainkan ekornya.

Masyarakat Indonesia senang memelihara Kacer dikarenakan burung ini relatif mudah dalam pemeliharaannya. Kacer biasa dipelihara untuk lomba ataupun hanya sekedar dijadikan klangenan / hobi semata. Namun akhir-akhhir ini sudah banyak para penangkar lokal yang telah berhasil melakukan menangkarkan Kacer. Mereka tertarik untuk menangkarkankan jenis burung ini karena relatif mudah dan juga mempunyai prospek bisnis yang cukup menjanjikan, selain itu juga didasari oleh rasa kesadaran akan pentingnya memelihara kelangsungan hidup jenis burung yang satu ini.

Tabiat Kacer yang suka meniru suara burung lain, membuat para pecinta Kacer sering melakukan pengisian suara jenis burung yang lain yang sesuai dengan karakterisitiknya. Proses pengisian suara ini dalam istilah perburungan sering disebut memaster. Pemasteran banyak dilakukan untuk jenis burung yang dilombakan maupun rumahan (klangenan – hobi – red).


MOTIVASI MEMELIHARA KACER

1. Sebagai klangenan
Perlakuan Kacer sebagai klangenan / hobi tidaklah terlalu sulit. Perawatan standar terhadap burung ini adalah seperti mandi dan jemur secukupnya. Penjemuran bisa dilakukan mulai jam 06.30/07.00 sampai dengan jam 11.00, tergantung kondisi. Kemudian berikan EF (extra fooding) secukupnya. EF yang diberikan bisa berupa jangkrik, kroto, belalang, ulat hongkong, ulat bambu, ikan kecil dan cacing atau kadang-kadang juga buah-buahan, karena ada beberapa Kacer yang menyukai buah-buahan. Adapun komposisinya bisa di atur seperti di bawah ini.
a. Jangkrik : diberikan pagi dan sore sebanyak 3 – 5 ekor ukuran sedang/besar.
b. Kroto : cukup diberikan dua kali dalam seminggu dengan takaran 1 sdm
c. UH/UB : dalam seminggu mungkin pemberian jenis makanan ini cukup satu minggu satu kali saja, dengan jumlah 2-3 ekor saja, karena ulat ini sifatnya akan menaikkan suhu tubuh.
d. Belalang juga bisa diberikan sebagai selingan, mengingat jenis EF satu ini sangat sulit didapat di perkotaan.
e. Untuk ikan kecil dan cacing sangat jarang diberikan kepada Kacer, pemberian ikan kecil harus memperhatikan struktur tulang dari ikan tsb, sebaiknya jangan diberikan jenis ikan yang mempunyai banyak tulang / duri yang keras, seperti ikan mujair, nila, gurami. Para penggemar Kacer suka memberikan jenis ikan guppy atau platty sebagai makanan selingan. Ikan ini berguna sebagai sumber kalsium. Sedangkan cacing biasa digunakan untuk menurunkan birahi Kacer, seperti halnya pemberian UH.
f. Buah-buahan bisa diberikan dalam porsi yang sedikit, karena burung ini tidak terlalu menyukai buah-buahan.

2. Untuk lomba
Ada perlakuan khusus bagi Kacer yang ditujukan untuk ikut dalam kontes/lomba yang tentunya berbeda jauh apabila dibandingkan dengan Kacer yang hanya dipelihara untuk sekedar hobi.

Ada lima aspek yang harus diperhatikan oleh para pemilik Kacer atau burung pada umunya jika mereka ingin membawa peliharaannya dalam sebuah kontes/lomba. Kelima aspek tersebut dirangkum dalam konsep 5 W dan 1 H, yakni : who, why, what, when, where dan how.

WHO
Aspek who yang pertama adalah dengan mengetahui siapa burung kita. Dalam hal ini kita harus benar-benar paham siapa sebenarnya burung kita itu. Pertanyaannya adalah, apakah burung kita itu sudah benar-benar siap bertarung dengan burung lain, atau bagaimana pengalamannya selama ini jika dipertemukan (di trek – red) dengan burung lain. Jika kita sudah mengetahui dan yakin maka bolehlah kita melakukan beberapa persiapan untuk lomba.

Salah satu syarat utama burung itu bisa ikut dalam lomba adalah kesiapan burung, terutama dari segi kesehatan fisik, artinya kondisi burung harus fit, sehat 100 persen. Ini ditandai dengan bulu berwarna cerah dan mengkilat tidak kusam. Bulu juga harus yang sudah cukup tua, jika burung baru selesai mabung (ganti bulu) tunggu sampai bulu tumbuh dengan optimal (kira-kira 2 bulan setelah mabung).

Aspek who yang kedua adalah dengan mengetahui dan mengenal siapa lawan kita. Apa saja kekuatan mereka.

WHY
Kita perlu menanyakan kepada diri kita sendiri, kenapa kita ingin mengikuti lomba, apa tujuan kita, apakah kita ingin menggapai predikat juara, atau hanya sekedar sight seeing melihat-lihat dan mengukur kemampuan lawan. Jika hal kedua yang ingin kita tuju, yakni hanya sebagai ajang uji coba buat gacoan kita, maka sebaiknya tahapan latber terlebih dahulu yang harus kita ikuti, jika sudah cukup teruji dalam event latber maka bolehlah kita mencoba di ajang yang lebih tinggi dan ketat persaingannya yang tentunya dengan diimbangi peningkatan kekuatan senjata andalan gacoan kita agar tidak mengecewakan nantinya.

WHAT
Setelah mengenal siapa kita dan calon lawan-lawan kita, serta mengapa kita mengikuti suatu event lomba, maka yang perlu diperhatikan adalah, jenis seperti apakah lomba yang akan kita hadapi ini. Apakah skala regional, atau bahkan nasional, atau mungkin dengan skala yang lebih kecil lagi, kesemuanya itu perlu kita ketahui untuk mengenal dan mengukur kemampuan diri dan calon lawan. Selain untuk mengetahui calon lawan, juga untuk memprediksi bagaimana kelak lomba dan proses penilaian akan berjalan, karena tidak jarang event lomba menghadirkan juri yang kurang bisa menjunjung obyektifitas, namun banyak juga juri yang tidak akan silau oleh penampilan fisik. Event besar biasanya lebih fair dalam hal penilaian, namun bukan berarti event kecil tidak demikian. Intinya adalah dalam setiap event sangat diperlukan kesiapan fisik dan mental serta kewaspadaan kita dan tidak lupa rasa sportifitas dalam berlomba.

WHERE
Dalam aspek where ini perlu diketahui mengenai lokasi lomba, di manakah lomba yang akan kita ikuti ini akan dilaksanakan. Kita harus bisa memperhitungkan waktu tempuh dari rumah menuju lokasi lomba, jika dirasa perjalanannya sangat memakan waktu, misalnya lebih dari 2 jam perjalan, maka ada baiknya kita datang ke kota tempat lomba akan diselenggarakan satu hari lebih awal, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi burung yang akan dilombakan agar tidak kelelahan.

Selain itu kita juga harus memahami karakteristik tempat lomba. Hal ini sangat penting karena jika kita tidak mengenal “medan peperangan” tempat kita akan “bertempur” maka pihak lawanlah yang akan mendapatkan keuntungan. Dengan mengetahui karakteristik tempat lomba, maka kita bisa mempersiapkan burung kita dengan lebih baik lagi.

WHEN
Pertanyaan selanjutnya adalah kapan lomba itu akan dilaksanakan. Maksud dari pertanyaan ini adalah kita harus memperhatikan kondisi cuaca pada saat lomba. Jika kita mengetahui kapan lomba akan dilaksanakan, maka kita perlu melakukan beberapa antisipasi agar tidak mengganggu “kerja” gacoan kita. Misalkan lomba akan dilaksanakan pada saat musim angin kencang, maka kita perlu memikirkan bagaimana agar sangkar tidak mempengaruhi sang gacoan yang sedang berlomba. Kita barangkali bisa mengantisipasinya dengan menggunakan sangkar yang berat atau diberi pemberat pada bagian bawahnya, agar sangkar tidak berayun terlalu kencang. Kemudian sangkar dibuat sedemikian rupa agar kotoran maupun daun-daun kering tidak masuk kedalam sangkar sehingga tidak menjadi barang mainan burung kita yang justru akan mengganggu. Selain itu yakinkan bahwa alas kotoran burung dilepas sehingga tidak akan menimbulkan masalah.

HOW
Setelah 5W kita kuasai, maka aspek yang terakhir adalah bagaimana kita mempersiapkan burung kita untuk mengikuti lomba, yakni mulai dari bagaimana mengatur pola makannya sampai bagaimana kita bersikap pada saat lomba.

Untuk pola makan ada beberapa perlakuan menjelang lomba, meskipun hal ini belum tentu dapat diterapkan kepada semua jenis burung, namun paling tidak bisa menjadi gambaran bagaimana seharusnya perlakuan terhadap burung yang akan diikutsertakan dalam perlombaan.

Salah satu contoh perlakuan Kacer sebelum lomba adalah sbb :
1. Menjelang lomba sebaiknya Kacer tidak dipertemukan secara langsung dengan burung yang mempunyai sifat bertarung seperti Murai Batu dan Tledekan, karena biasanya Kacer akan terpancing untuk bertarung mengeluarkan kemampuannya bernyanyi. Hal ini tidak menguntungkan, karena dikhawatirkan Kacer akan kehilangan tenaga saat turun lomba.
2. Setelah dimandikan, baik pagi maupun sore, Kacer dimasukkan ke dalam sangkar umbaran, yakni sangkar besar, biasanya berukuran panjang 100 – 120 cm. Kegunaan dari sangkar umbaran ini adalah untuk melatih stamina dan pernafasan si Kacer, agar bisa tampil prima saat lomba. Namun perlu diingat bahwa hanya Kacer yang benar-benar sehat saja yang boleh diumbar, jika tidak maka hasil yang diperoleh justru akan sebaliknya.
3. Lakukan penjemuran yang cukup, tapi tetap harus diperhatikan kondisi burung, jangan sampai terlalu lama yang justru akan berakibat pada turunnya kesehatan Kacer. Pada dua hari menjelang lomba, penjemuran hanya dilakukan sebentar saja, selebihnya Kacer digantang, diangin-anginkan ditempat teduh sebentar dan dikerodong. Hal tersebut dimaksudkan agar stamina dan kesehatan Kacer bisa dijaga sampai saat lomba.
4. Penambahan EF pada satu minggu menjelang lomba, dengan aturan sbb. :
a. Senin : Jangkrik pagi 5 ekor, sore 5 ekor
b. Selasa : Jangkrik pagi 6 ekor, sore 6 ekor
c. Rabu : Jangkrik pagi 7 ekor, sore 7 ekor dan ulat hongkong 3 ekor
d. Kamis : Jangkrik pagi 8 ekor, sore 8 ekor dan ulat hongkong 3 ekor. Pindahkan ke sangkar khusus lomba
e. Jumat dan Sabtu : Jangkrik pagi 8 ekor, sore 8 ekor dan ulat hongkong 3 ekor
f. Minggu (hari perlombaan) : Jangkrik pagi 5 ekor, sore 5 ekor dan ulat hongkong 3 ekor. Pemberian EF kembali ke settingan awal dimaksudkan untuk menghindari sang Kacer terlalu birahi sehingga bisa menghindari Kacer hanya lompat sana sini saat lomba atau pun hanya diam saja (mbagong).

Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat lomba yakni :
1. Jangan tinggalkan makanan dalam sangkar kecuali air untuk minum.
2. Jangan berteriak saat lomba sedang berlangsung
3. Jangan tinggalkan burung di arena lomba tanpa pengawasan
4. Jangan gantang sangkar di sembarang tempat dan waspadai serangga pengganggu seperti semut.

Jika Kacer anda baru pertama kali mengikuti lomba/latber, ada baiknya sebelum turun arena, sang Kacer anda latih tanding/ditrek/diuntul dengan Kacer yang kemampuannya anda yakin ada di bawahnya, hal ini dimaksudkan untuk memancing naluri tandingnya/birahi agar mau mengadu kemampuan suaranya. Pada saat turun di tempat lomba sebaiknya Kacer anda jangan langsung digantang dekat arena, tapi gantang dulu di tempat yang agak jauh dan masih dikerodong namun jangan lupakan pengawasannya.

Kacer Mbagong/Stress
Kacer yang diikutkan lomba kadang-kadang performanya tidak sesuai dengan keinginan kita atau bahkan macet tidak mau mengeluarkan suara sama sekali, hal yang lebih buruk lagi bisa terjadi seperti Kacer Mbagong/Mbedesi/Nguda Laut atau stress. Mbagong ini adalah kondisi Kacer yang macet tidak mau bunyi ditandai dengan perilaku Kacer yang hanya diam saja dan bentuk tubuhnya akan berbentuk mirip bola atau kuda laut. Penyebabnya bisa karena belum terbiasa mengikuti ajang lomba atau karena tenaga/powernya yang kurang. Untuk menangani Kacer yang mbagong ini agak sulit karena treatment yang dilakukan belum tentu bisa diterapkan pada Kacer yang lainnya. Perlu adanya semacam riset atau percobaan perawatan dan analisa serta pengamatan yang intensif. Misalnya dengan pengurangan porsi EF dan proses mandi serta jemur yang teratur. Bahkan ada pemilik Kacer yang memandikan Kacernya pada malam hari. Mbagong ini juga bisa diatasi dengan seringnya membawa Kacer kita ke arena latber, dengan maksud agar sang burung terbiasa dengan kondisi lomba.

Penanganan Kacer stress juga bisa dilakukan dengan mandi pasir. Yakni Kacer dibiarkan berkipu, mandi pasir seperti sering kita lihat pada ayam dan burung dara. Pasir bagi Kacer berguna untuk menurunkan tingkat suhu tubuhnya, dan jika butiran pasir itu dimakan oleh sang Kacer, maka hal tersebut dapat membantu proses pencernaan. Ada trik yang biasa digunakan agar Kacer mau mandi pasir, yakni dengan tidak memandikannya selama beberapa hari, atau kita coba letakkan beberapa ekor jangkrik atau ulat kandang (bukan ulat hongkong) di pasir, diharapkan dengan adanya EF di pasir sang Kacer mau turun untuk mandi pasir. Perlu diwaspadai jangan sampai sangkar Kacer terbalik. Lakukan hal ini dua atau tiga hari sekali.
Cara lain adalah dengan melakukan perawatan sbb. :
1. Mandikan Kacer lalu berikan jangkrik lima ekor, kemudian jemur kira-kira sampai jam 11.00 tanpa diberikan makanan dan air minum. Hal ini dilakukan sekaligus untuk menambah ketebalan suara.
2. Setelah dijemur, gantang ditempat teduh dan diangin-anginkan, setelah agak lama masukkan voer, biarkan dia makan, air minum jangan diberikan dulu. Hal ini dimaksudkan agar lendir terbawa masuk saat dia makan.
3. Lima belas menit kemudian masukkan air madu kira-kira sebanyak setengah tempat minumnya. Biarkan sampai habis, baru kemudian ganti dengan air biasa.
4. Sore hari kembali dimandikan, lalu beri lima ekor jangkrik kemudian dikerodong agar Kacer bisa istirahat.
5. Berikan kroto kira-kira satu sendok teh dan diberikan setiap empat hari sekali.

Lakukan hal tersebut di atas setiap hari selama kurang lebih satu sampai dua minggu sambil diamati perkembangannya.



Sumber:
http://burung.multiply.com
 

Spring Arrivals in Two Waves

Man, you go away for a fortnight, and while you're gone, all the spring birds start arriving! Just in at the farm this week: fox sparrow, chipping sparrow, tree swallow...

Fox sparrow. We had three under the deck feeder yesterday morning.


The chippies got in this morning, according to my sources at Indigo Hill. Eating suet dough they were.

Red-winged blackbirds, common grackles, and brown-headed cowbirds all got in a week or so ago. With these first two waves of arrivals, I'm left to wonder: can the blue-gray gnatsnatchers be far behind?
 

Pondering My Life List

Masked duck was one of my most recent life list additions.

I need some input from you, the readers of this blog. I just updated my life list and found that I now have 674 species on it, after recently adding masked duck in Florida and several pelagic species off the coast of California. While I've never been much of a lister—I sometimes go years without updating my life list—I DO enjoy the thrill and challenge of adding a new bird to it.
Adding a new species to your life list can be a task of Bunyanlike proportions.

This number, 674, puts me within reasonable striking distance of 700, which is a pretty decent milestone for which to shoot. I have some big holes on my list, too: Bohemian waxwing, gyrfalcon, greater prairie chicken, spruce grouse, short-tailed hawk, yellow-billed magpie, Bicknell's thrush, Smith's longspur, ivory gull, California condor, plus a bunch of pelagics, Hawaii's endemics, some birds in central Alaska, and a mix of semi-regular vagrants. Oh, and ivory-billed woodpecker, Bachman's warbler, Eskimo curlew, passenger pigeon, great auk, Labrador duck, and Carolina parakeet.

My question is this: Should I try to get to 700? Or should I merely wait for life to bring me these life birds? I have made attempts at several of the "hole" birds listed above, but I've rarely chased a vagrant merely to add it to my list. Most of my recent life birds have come as a result of being in the right place at the right time coincidentally in the course of my travels to birding festivals and such.
Celebrating life birds is awesome. In this case, we were celebrating a Swainson's warbler in West Virginia.

So what do you think? I must confess I am on the fence about it. Time and money are limiting factors, obviously. If I DO decide to try to get to 700, I'm going to need some help in finding out where these birds are.

Several years ago I finally added a nemesis bird to my life list when I saw a Connecticut warbler in Minnesota. I'd missed that bird at least a dozen times before. I think my next most annoying miss may be the Bohemian waxwing. So maybe that's where I should start, if this quest is to happen.

Your thoughts, my birding peeps?
 

Beautiful Gull


On the pelagic trip I joined out of San Diego, California, in early March, I got a chance to take a few images of what just might be North America's most beautiful gull. Note that I said "gull" not "girl." And I suppose this is where, by law, I am required to insert the joke "I wish they all could be California gulls."

We did see Cali gulls on the trip, as well as western, ring-billed, Bonaparte's, and glaucous-winged. But the most beautiful, in my Humboldt (Current) opinion is the Heermann's gull. Breeding adults are sooty-gray above, white below, with a white head and bright red bill. They just appear elegant mixed in with the other, often larger, gulls.Like most pelagic trips, our was a chum fest. Bag after bag of bright orange popcorn kept the gulls glued to our stern. They were mostly westerns, but the Heermann's were the next most populous. Above you can see San Diego in the background as we leave the harbor.

Heermann's gull adult.

Hard as it was to get a decent shot of a flying bird while standing on a rolling boat deck, I managed one or two keepers.

Heermann's gull adult.

I'll post more about this trip in the near future. After all, I've just gotta share the experience of getting a handful of lifers.
 

Clean as a Rail


I believe I have discovered the secret of how the light-footed clapper rail keeps its feet so clean. After all, if you made your living striding around in the marsh mud, do you think you could live up to the name "light-footed?"

This sub-species of the clapper rail is found along the Pacific Coast of southern California, south of Los Angeles. It is critically endangered due to a number of factors: habitat loss, increased predation, rising ocean levels, and the effects of pesticides. Efforts to help the species to recover have been fairly successful where there is enough appropriate habitat.

Our "Birds Along the Border" field trip at the San Diego Bird Festival encountered this bird in the salt marshes in a park along San Diego Bay. A handful of us lingered to watch this bird after the rest of the group headed back to the bus and we were rewarded with a nice long view of the rail taking a bath.
 

Uncountable Alien


I've gotta give another BOTB shout-out to the most amazing bird I've seen in the United States thus far this year: the black-throated magpie jay. There's a small number of this species that lives along the San Diego/Tijuana, Mexico border. They are probably there as a result of some bird smuggling gone awry or as escaped cage birds. They are native to west-central Mexico, but have begun breeding in southern California. They are not countable now for North American bird lists, but methinks it only a matter of time....

Countable or not, this bird can make even the most jaded birder go "Wow!"
 

BWD 1978

While visiting a park (ahown above) along the Pacific Ocean in La Jolla, California, I happened to look down and there, in the concrete right next to where I had parked, was this inscription carved 30+ years ago.
Now 1978 is the year my family started Bird Watcher's Digest in our living room, and we had a surprising amount of support from the birding community right from the start, but I'm not sure we were impressive enough to inspire someone to carve our initials in the wet cement of a California coastal town (which by the way, is pronounced La Hoy-ya—not La Jah-la—I discovered).

Pretty funny what you end up seeing when you take the time to look around.
 

Some Birds Along the Border

Anna's hummingbird, male, at Dairy Mart Ponds.

Digiscoped images from my Friday all-day birding field trip along the US/Mexican border. We saw some great birds, including—but not limited to—these.

Looking for the nesting night herons near the sports park ball fields.


A male hepatic tanager in the trees near the ball fields. This guy has been hanging around this coral tree for months.


A peregrine falcon has been roosting on the lights at the ball fields. I wondered if he'd was watching the hepatic tanager, just 50 yards away.

Black-throated magpie-jays are established exotics along the San Diego/Tijuana border. Not countable (yet) but stunners to see.
 

Sleeping Godwits

Along the Pacific coast, near San Diego, my birding group ran across this flock of sleeping shorebirds. The flock was mostly marbled godwits with a few dowitchers and a willet thrown in.

Our group tallied 100 species in our Birds Along the Border field trip. If you've never attended the San Diego Bird Festival, take it from me, it's a good one! It's amazing how many birds you can find when you've got ocean, freshwater sloughs, mountains, desert, and lush spring vegetation all in abundance.
 

Burung Beo Belajar Bicara

Burung beo terkenal pandai bicara. Tapi jangan salah tafsir, tidak ada jaminan sama sekali bahwa apabila kita membeli burung maka burung tersebut akan menjadi bagian dari keluarga dan kelak dapat bicara. Melatih burung kakatua bicara memerlukan rasa kasih sayang, kesabaran, dan konsisten. Burung yang masih kecil pada umumnya jauh lebih mudah dilatih dari pada burung yang sudah besar.


Kasih sayang

Hampir semua binatang peliharaan memerlukan perhatian dan kasih sayang dari majikannya. Perhatian dan kasih sayang ini akan dibalas olehnya misalnya ditunjukkan pada saat si majikan akan pergi dari atau pulang ke rumah. Sebaliknya apabila si majikan tidak memperhatikan atau menunjukkan kasih sayangnya maka merekapun tidak akan peduli terhadap apa yang diinginkan oleh majikannya. Dengan demikian diperlukan kesungguhan tanpa syarat untuk menerima mereka apapun hasilnya apakah nantinya mereka akan bicara atau tidak. Burung kakatua disamping pintar juga terkenal sangat sensitif. Konon mereka dapat mempengaruhi Anda apabila mereka telah mengenal Anda.


Kesabaran

Seperti halnya melatih anak kecil untuk belajar berbicara, maka diperlukan kesabaran. Latihan sebaiknya dilakukan secara bertahap dan janganlah membuat target waktu yang pada akhirnya hanya akan menjadi beban berupa kekecewaan apabila harapan ternyata tidak terwujud. Perasaan kecewa juga dapat menimpa si burung kecil yang punya perasaan sensitif. Siapa tahu ketidaktaatan pada perintah adalah sebagai reaksi karena kecewa pada sikap Anda. Hendaknya selalu diingat bahwa bagaimanapun seekor burung tidak mungkin dapat disamakan dengan anak kecil yang dalam suatu periode waktu tertentu sudah dapat berbicara.


Konsisten

Methode pelatihan harus dilakukan secara konsisten dan disertai dengan ketulusan. Setiap perkataan atau phrase yang diajarkan harus ditunjang oleh arti atau tanda yang membedakannya dari perkataan yang lain. Sebagai contoh, pada waktu matahari terbit secara rutin dan berulang-ulang ucapkanlah "Selamat pagi" dan pada waktu matahari terbenam ucapkanlah "Selamat malam". Dari perbedaan waktu pagi dan malam si burung akan menyadari perbedaan arti dari ke dua perkataan tersebut.
Janganlah dicampur adukkan yang akan membuat dia menjadi bingung.

Contoh-contoh yang lain adalah:
  • Katakan "Mandi dulu!" pada saat dia akan dimandikan dan jangan mengatakan kata itu apabila tidak akan dimandikan.
  • Katakan "Ada tamu" pada saat menerima tamu, atau katakan "Sepi sekali" apabila tidak ada orang.
  • Katakan "Mau brokoli?" saat dia dikasi makan brokoli. Apabila dia tidak mau makan dan makanan tersebut dikeluarkan lagi katakan "Tidak mau?", atau apabila terus disimpan didekatnya katakan "Buat nanti ya!"
  • Katakan "Selamat tinggal" pada waktu mau pergi lama misalnya pergi bekerja dan apabila akan segera kembali katakan "Sebentar nanti kembali".

Sebelum mahir benar janganlah diajak dulu bercanda, misalnya menawarkan makanan tapi tidak jadi diberikan. Sebaiknya dihindarkan hal-hal yang menjurus atau akan menyebabkan dia mengeluarkan kata-kata jorok seperti menempatkannya di dekat kamar mandi.

Selamat melatih dan semoga berhasil!
#dari:SmallCrab.COM dan berbagai sumber
 

Ayam Ketawa

ayam ketawa 300x225 Ayam Ketawa

Ayam ketawa adalah ayam yang bisa membawa hoki bagi pemiliknya, hoki bisa ikutan ketawa dan hoki karena memang Ayam Ketawa adalah Ayam yang langka, yang tentunya jika dijual menghasilkan keuntungan yang menggiurkan.

Apakah Ayam Ketawa ini memang bisa ketawa? Ya memang , Ayam Ketawa ini memang suara kokoknya seperti layaknya suara ketawa manusia pada umumnya.

Malah kalau kita baru mendengarnya suara Ayam Ketawa ini seperti burung perkutut.

Ayam Ketawa ini berasal dari daerah Sidrap, Sulawesi Selatan. Ayam ini perawakan, warna bulu serta karakternya hampir menyerupai ayam Indonesia pada umumnya . Ayam ketawa ini dahulu dipelihara oleh bangsawan bangsawan keraton Bugis. Ayam Ketawa ini menjadi klangenan di kalangan bangsawan bangsawan tersebut.

Ayam Ketawa ini di tempat asalnya di daerah Sidrap, Sulawesi Selatan sana sering dikonteskan seni suara ketawanya. Yang menarik dalam satu kali kontes pesertanya bisa mencapai 700 sampai 800 ekor ayam. Cara penjurian nya hampir sama dengan kontes lomba burung perkutut, tapi bedanya kontes ini tidak memakai kurungan, cuman batang bambu atau kayu yang dipasang sebagai tempat berdiri Ayam ketawa ini. Ayam Ketawa yang telah menang kontes harganya bisa mencapai Rp.50juta

Ayam ketawa ini saat ini termasuk ke dalam salah satu jenis unggas yang dilindungi. Jadi untuk mendapatkannya lumayan susah. Tapi karena belum banyak diternakkan, harganya bisa melambung Dikemudian hari jika ada peternak yang menternakannya niscaya akan mendapat keuntungan berlipat ganda karena sebetulnya cara mengembang biakkannya cukup mudah, karena Ayam Ketawa ini kareakternya tidak jauh berbeda dari ayam pada umumnya, perawatan nya relatif lebih gampang, makanannya juga cukup simpel, hanya diberi fur dan rajangan sawi hijau.


Sumber:
http://www.infoternak.com/ayam-ketawa

 

Sekilas Tentang Burung pentet / cendet

Cendet atau pentet adalah jenis burung kicauan yang sedang naik daun belakangan ini. Pada dasarnya burung ini adalah termasuk jenis burung buas.
burung pentet / cendet
Apabila anda punya waktu, mungkin memelihara cendet dari kecil juga boleh dicoba. Namun apabila anda sibuk, maka saya sarankan coba untuk pelihara yang setengah jadi, yang sudah 1-2 kali mabung. Dengan kualitas yang bagus, dikombinasikan dengan master dan perawatan yang bagus, saya yakin akan tercetak cendet-cendet yang bagus pula. Dari pengalaman saya selama ini, saya sudah memelihara beberapa cendet yang saya beli dari pasar dan baru lepas trotol, ada 1-2 yang cukup bagus pula. Banyak jalan ke roma’, demikian pula dalam mencetak cendet berkualitas, banyak jalan pula, yang saya pikir cukup ‘worth to try’.
Pada dasarnya perawatan cendet amat sangat bergantung kepada kakarter bawaan dari pentet itu dan juga kebiasaan perawatan yang sudah dilakukan sebelumnya. Maka perlu sekali dicarikan informasi mengenai perawatan pentet sebelum berada di tangan kita. Memang harus diakui ada penjual yang sengaja tidak mau memberikan resep perawatan maksimum kepada kita, oleh karena itu harus dikombinasikan dengan kejelian kita dalam mengamati keseharian dari burung tsb.

Permasalahan yang sering timbul dalam perawatan burung pentet / cendet

Pentet yang kurang gacor tapi jinak
Melihat perawatan saya pikir sudah cukup ‘pakem’, dan apabila belum maksimal, mungkin perlu dilihat apakah bulu pada kondisi hampir mabung ataukah masih baru. Apabila sudah tua dan hampir mabung, mungkin itu adalah gejala mau mabung. Tetapi seandainya bulu masih ‘gres’, ada baiknya untuk mencoba memandikannya 2 hari sekali, untuk menaikkan birahinya. Kemungkinan lain, adalah bisa ditest dengan didekatkan pentet lain, apakah mau gacor berbunyi. Karena ada jenis pentet yang ‘tempur’, baru akan gacor kalau didekatkan dengan lawan. Jadi kesehariannya tidak akan terlalu banyak berkicau. Untuk burung serak, untuk recovery bisa ditambahkan larutan kaki tiga di air minumnya.
2) pentet giras
Kalau terlalu giras, jangkrik coba diturunkan porsinya, pemberian. Ulat hongkong juga coba diturunkan dulu porsinya. Kroto berikan 1 sendok makan. Memandikan sesering mungkin, karena biasanya akan menurunkan kegirasan burung tsb. Faktor giras, selain kelebihan extra fooding, barangkali juga bisa dikarenakan karena kondisi burung yang stress. Barangkali burung takut terhadap topi, sepeda bermotor, warna-warna tertentu. Ini yang harus benar2 diamati. Untuk menguji apakah burung tsb stress atau tidak, mungkin bisa ditest dengan jalan mengadunya dengan burung sejenis. Apabila dia mau normal berbunyi, berarti dia tidak stress, tapi apabila tidak berbunyi, muter-muter, mungkin anda perlu curiga bahwa burung tsb dalam kondisi stress.
3) pentet galak
Usahakan untuk lebih sering memandikannya, misalkan pagi dan sore setiap harinya, kemudian coba kerodong dibuka dulu, agar dia terbiasa dgn manusia. Usahakan juga untuk memberikan makanan (jangkrik, ulat hk dll) melalui tangan kita langsung. Nah untuk sementara kalau mau mengambil tempat makan atau minum, usahakan dengan memberikan jangkrik dulu kepada pentet tsb, jadi sementara dia makan, kita bisa lebih leluasa mengambil tempat air atau minumnya, tanpa perlu kuatir dihajar oleh pentet tsb.
Pentet galak/takut, biasanya ada 2 penyebab,yaitu trauma dan birahi.
Selama ini pentet dikenal sebagai burung pedendam,saya punya yg kalau lihat saya bukannya kabur malah galak…sampai takut sendiri lho,terlebih lagi kalau mau nambahain pakannya,tangan sampai dipatokin. Jadi hindarilah berbuat kasar pada pentet seperti mencabut bulu dll.



Sumber:
http://rezk1ardiansyah.wordpress.com

Cucak Hijau Jember
Jawaranya Cucak Hijau

Spesialis Menjual Cucak Hijau
Stok Banyak
Mulai dari bakalan sampai yang gacor
Silahkan Datang Langsung Ke Tempat Kami

Hub: Joni
0331-524 4443

Perum Pondok Gede Permai

Blok DE- 01

Jember



Jual Ayam Batik Itali, Ayam Bekisar, Ayam Ketawa Dan Ayam Hias
Ayam Serama

Ayam Jambul Polandia

Ayam Ketawa

Ayam Bekisar

Ayam Batik Itali

Hub:
Joni

03317836101
081336660132
Perum Pondok Gede Permai
Blok DE - 01

Jember

 
 
Support : Copyright © 2011. Trend burung - All Rights Reserved